Minggu, 22 Februari 2009

Mana yang lebih penting, teori apa praktek?



Ujian sebentar lagi, hanya ada waktu 1 bulan untuk pematangan diri menyambut hari ketentuan nasib anak kelas tiga.

Tahun ini nggak ada TA (tugas akhir) so nggak usah bikin proposal yang ketentuannya ribet banget. Tapi diganti dengan UKK (Ujian Kopetensi Keahlian) yang aturannya setiap siswa di tes langsung oleh tim penilai tentang kopetensi yang diajarkan bukan yang dimiliki. Dan paketnya pun ditentukan nggak boleh milih yang milih kepala jurusannya, buat jurusanku ada tiga paket yang disediain sama dinas. Paket satu bikin layanan masyarakat. Paket 2 tentang company profile. Paket tiga bikin CD interaktif. Itupun ditentukan sama kurikulum jd para siswa nggak bisa berkutik kannggak semua bisa, tiap anak punya kemampuansendiri sendiri.

Tesnya pun dimulai tanggal 16 sampai 20 Maret 2009 untuk tes UKK (praktek). Terus UTK nya (Ujian Teori Kejuran) dilaksanain tanggal 24 Maret 2009. Pada umumnya tes itu dilaksanain teorinya dulu baru kalo teori bisa terus dipraktekin. Nah ini praktek dulu baru teorinya. Tapi yang bikin bete lagi penilaiyannya jika praktek lulus teori enggak ya udah nilai praktek nggak kepakek. Missal aku praktek dapet nilai 9,5 sempurna banget kan, tapi kalo nilai teoriku dapet 7,5 yang bearti nggak lulus ya udah nilai praktekku yang sempurna tadi hangus nggak kepakek. Bearti ya nggak lulus! Kalo nggak lulus ya nggak dapet sertifikat. Kalo nggak punya sertifikat nggak bisa nglamar keja deh.

Kalo dilogika sih… bisa praktek pasti harus bisa teorinya, nah yang aku nggak suka teori itu sering nggak sama dengan prakteknya. Karna aku sudah menjumpai hal semacam itu contoh waktu aku dapet tugas bikin surat lamaran pekerjaan aku cari tau sama orang orang yang sudah berpengalaman kan ya sudah saya tulis dan kumpulkan alhasil bukan nilai bagus yang ku dapet tapi malah “kamu itu bikin surat lamaran apa novel!”dicoret dengan menggungakan bolpoin merah dan sangat menyakitkan, dan masih banyak lagi. jadi yang sering aku dapati teori belum tentu sesuai dengan prakteknya. karna teori itu masih bersifat kuno dalam arti masih mencontoh teori yang “ditemukan nenek moyang” dan prakteknya itu mengikuti perkembangan zaman. Nggak imbang kan. Kalo prakteknya ngikutin perkembangan jaman teorinya juga donk!

Sebenernya guru guru juga pada nggak setuju tuh nilai praktik hangus kalo teorinya nggak melampaui. Tapi ya mau gimana lagi itu kan perintah dari “atasan”. Pantes ya pejabat pejabat kita bisanya cuman teori prakteknya nggak ada! Hehe…